Friday, January 1, 2010

Stupid Things


Bismillah...

Well, happy new year with new hope, new heart, new face, new life, new place, new case, new home, new car, new husband, new boyfriend, new...... .... ups stop stop... Is it really new years of the meaning??

I felt confused. A thousand things fight of me tanpa basa basi. Its perfect!!! D'oh!

Back to point. New year...

Ketika semua orang mengajukan sebuah harapan, membuat sebuah resolusi ( baru ) katanya.

Then apa sih resolusi kamu di 2010 ini??? "!@#$%^&* ( blank)"

Nikah yuuuuuk !@#$%^&*( Loh ga boleh apa, kata pak RT kalo udah 17+ boleh kok hehehee ( Baru kemarin dapet KTP eauy... hah???????? stop it, dun screaming ah.

Nope, its not final resolution that i have. Coz, My Allah arranged for me. The special one and the one only, Amien. Did u believe it? yes, i am.

So, silakan lanjutkan iseng-iseng berhadiah itu pada yang lain.

*********************

Sesaat ingat cerita seorang sahabat. "Tuhan, aku pengin Nikah" Itu kalimat pertama yang aku dengar dari ceritanya.

Yup, aku ngerti maksudnya. karena aku juga pernah minta itu padaNya.

"pernah taaruf?"

"Kurang pasti"

"Lalu apa yang kalian lakukan, Apa yang dibicarakan?"

"Ya.. apa aja, setelah kita mengetahui bagaimana sikap, sifat dan agamanya, diluar itu tentunya ada keinginan untuk tahu lebih banyak tentang misalnya apa kesukaan masing2, kriteria pernikahan yang bagaimana yang masing2 inginkan, tentunya masih dalam batas kewajaran."

"Wajar, kewajaran. Sehari 24 jam, apakah itu wajar, saudaraku?"

Deg....

-----Another session-------

beruntunglah dia ( pikirku saat itu ) ada seorang teman yang tiap hari memberinya support, sehingga perlahan dia tak lagi ingat apa yang sedang menimpa pada dirinya. Kedatangannya temannya benar-benar telah membuat satu keajaiban.
Mendengar itu aku turut senang. Tapi ku lihat ada nada perih dibalik senyum tipisnya.

Ku tanya kenapa, dia hanya tersenyum. Menarik napas sesaat. kemudian berkata, "Aku takut kejadian serupa terulang lagi."

Aku mengerti maksudnya. akupun hanya diam mendengarkan dia bicara dengan nada setengah-setengah.


"Aku beruntung punya teman sepertinya, im proud of him. Aku tak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya tanpa kehadiran sosok itu. Meski pada kenyataanya dia hanya dapat memberiku sebuah support serta memaksaku untuk tertawa dengan segala lelucon yang dia buat, meski sungguh sebenarnya sangat tidak lucu bagiku. Tapi im appreciated.
Sehari 24 jam, dia selalu ada.
Di tengah down dan ancurnya aku saat itu, ada satu cahaya meski aku benci dengan segala yang berbau cahaya. Aku ingin ditempat gelap saja dimana tak ada satu manusiapun yang bisa temukan aku.
Sahabatku, sekarang aku benar-benar seorang diri. hanya engkau yang masih mendengarkan suaraku." Tanpa sadarku airmata ini jatuh dalam pelukannya. Selama ini aku iri pada kehidupannya, aku merasa dia perempuan yang dilahirkan dengan segala keberuntungan. Benar dia adalah kuat, dia sosok yang sangat beruntung, tapi kenyataannya hari itu dia nampakkan padaku sisi lemahnya. Semakin erat ku peluk dia sambil terus dia melanjutkan cerita.

"Kamu tahu sahabat, aku takut kan terjebak dalam perangkap yang sama sekali lagi. Aku sudah tak punya apa-apa lagi bahkan masa depanpun telah aku hancurkan dengan tanganku sendiri. Aku tak lagi berani menatap apa yang namanya harapan, aku takut bermimpi. padahal aku adalah sosok pemimpi. Lagipun apa yang bisa aku banggakan dari seorang aku sekarang?"

"Kau masih punya aku, sahabatmu." jawabku memastikan.

"Entahlah, semakin lama ketakutan ini semakin merayap menyusuri tiap celah lubang hati. Kehadiran sosok yang bernama sahabat membuatku merasa ketergantungan. Memaksaku untuk bersikap possesif. Kamu tahu kan tiap orang punya kehidupannya masing-masing, begitu juga kamu begitu juga dia. Ia tak selamanya akan ada untukku begitupun engkau. Ia punya lingkungan yang luas, sahabat yang tak terhitung oleh jari, serta pandangan yang slalu open minded. Tapi aku... lingkunganku hanya persegi empat tembok kecil ini. Aku takut semakin lama ada penyakit hati pada dirinya serta diriku sekali lagi. Padahal belum tentu ini adalah benar, padahal bisa jadi ini hanyalah suara syaitan dalam ruang sepi. Aku ingin bangun dari semua ini, aku tak ingin membuat sakit yang sama, aku tak ingin berbuat dosa yang serupa, dosa ini terlalu banyak tak ingin ku tambah lagi dengan cara seperti ini.. Demi kebaikan bersama. meski sebenarnya ini hanyalah dalih untuk menyelamatkan diriku sendiri.
Apalagi kemarin aku mendengar dia bicara tentang taaruf. Bukan padaku, karena dia tak pernah tawarkan apapun untukku. Taaruf terlalu bersih bila harus dilakukan dengan cara seperti ini padaku. Aku lebih tahu siapa dan bagaimana aku, aku tak ingin membangun sebuah fitnah baru dari sebuah persahabatan..."
Ku tatap matanya dalam-dalam, jernih... tak ada satu tetes air pun membasahi pipinya. Mata itu mengingatkan aku pada seseorang, ya seseorang yang sangat aku kenal.

Senja semakin menepi meninggalkan kami, kini hanya bising kipas angin yang sesekali mengiyakan serta menggelitik kami dalam sebuah tawa sekali lagi.


hadir dalam tanyaku, apa yang sebenarnya terjadi. apa yang membuat dia bersedih kali ini. Bukankah dukanya telah berlalu di 2009 kemarin. masih kah ia sisakan luka itu di hari ini? Semakin aku tak bisa menangkap semua ceritanya. Aku benar-benar dungu saat ini, kecamlah aku, pukullah aku. aku benar-benar tak mengerti.

Tiba-tiba ada suara aneh dari perutku yang mulai nagih pajak.



No comments: