Bismillah...
Pagi yang cerah untuk jiwa yang sepi. lagi lagi kalimat ini yang tereja.
sebuah pagi bising, dari kemarin ada tetangga punya hajatan.. walimatul ursy... sekarang bunyi nasyid dari speaker langit udah mulai bergema.
sempat nanya sama bapak, emang walimahan di bulan muharram itu baik ya?
smua bulan kan baik, emang kenapa?, jawab bapak.
oh gitu ya.. aku masih manggut2 gag jelas sambil senyum2 ke arah bapak.
'bapak kok nampak makin hari makin muda saja ya?'
'aku kan orangnya sante' jawb bapak dengan santenya.
ketika itu kami sedang duduk diruang tamu, tiba2 ibu datang gabung deh..
'Pas muda dulu bapakmu malah keliatan tua dan kempot loh' kata ibu.
'dulu ne kurus yo bu?'
'hehehe' eh bapak ketawa.
'ibumu itu juga dulu kurus tp rapi, apalagi kalo dandani kamu ma mbak yu mu.. ' lanjut bapak.
'kecilku nakal ga bu.' tanyaku
'kamu inget ga pas kecil pernah marah sama aku, ga boleh pulang ke rumah.' kata bapak.
'hah, kapan yo'
'pas itu ada hujan angin gedhe, bapakmu ga bisa pulang dari kerja kemudian bermalam dirumah teman. tp sampe rumah didpn pintu kowe nesu nesu jare bapakmu nang mbok enom ra usah balik pisan' cerita ibu disambut tawa kami bertiga.
'emang bapak ga pernah selingkuh?' tanyaku sambil nyengir.
'selingkuh pie. orang2 pada takut sama ibumu'
'loh ya jangan bilang ibu hahaha' candaku sambil melihat ke arah ibu.
'ora ono sing gelem karo aku.' jawab bapak diiringi tawanya.
'slama ini bapak ga pernah mikir lirik perempuan lain ya, jadi cuma ibu seorang selama ini, trus ibu juga?'
'akeh ding sing godai bapakmu, tapi mbuh kuwi kok yo ga tergoda.' bela ibu kemudian.
'bener gitu, pak? berarti ibu wanita yang beruntung didunia ini ya dapat suami kek bapak. ato karena kita hidup dikampung hingga tak punya pikiran aneh2 kali ya..'
dari belakang ibu menyahut, 'ah ga juga, kanan kiri kita juga ada yg kawin cerai ada juga yg sering selingkuh.'
'trus ibu pernah kepikiran ga, diluar sana bapak tuh bakal tepe tepe ato goda2 daun muda' serangku sambil ngikutin ibu ke belakang yang lagi bikin tuk bapak.
'asal jangan seperti air teh dan gula ini. sebanyak apapun kau taruh gula dlm air ini, dia akan larut. begitu juga antara percy dan curiga.' jawab ibu yang tumben berfilsof. tapi ga mudeng ada apa dg gula dan air teh.
'udah ya bu, kok ga di icipi. ntar kurang manis loh.'
'inilah gunanya insting. untuk percaya ga perlu adanya percobaan.' aku masih bengong mendngar jawab ibu sambil membawa secangkir teh hangat tuk bapak.
'insting... gula dan teh... hmm pas ga tawar ga manis banget...' aku bergumam sambil meminum sisa bikinan ibu tadi.
'bu kebanyakan gula tuh, awas kencing manis hehe' teriak ku dari belakang sambil lari ke kamar mandi, mandi kembang ah hahaha
'kalo itu baru ibu ga percy!
ah, ada benarnya juga ya.. untuk percaya kita ga perlu pake uji coba. makasi pak bu, aku tahu gimana selanjutnya.
kadang semakin hari ada banyak sesuatu yg baru aku dapati dari kedua ortuku. hidup pas pasan bukan halangan untuk menjdi bahagia. hidup susah bukan alasan untuk menangis dan meratapinya.
30 tahun lebih dalam pernikahan beliau belum pernah ku dengar keluh ibu kecuali keluhan karena bandelnya anak anak mereka. slama ini pula aku tak pernah melihat bapak putus asa dalam menghidupi kami, diantara panas dan hujan apa sih yg belum pernah beliau temui. tapi sedikitpun tak pernah ada keluh bapak tentang hidupnya. bapak benar2 ikhlas demi keluarga ini. menerima dengan sepenuh hati atas semua pemberianNya. padahal ibu ga cantik cantik amat juga bukan dari keluarga mapan.Lalu apa yang membuat bapak rela habiskan seluruh hidupnya untuk dan bersama ibu?
perlahan pertanyaan ini hadir tiap kali aku lihat keduanya duduk didepan rumah kala sore hari.
Ternyata tak ada alasan bagiku tuk malu punya orangtua seperti beliau. bahkan akan sangat memalukan sekali bila rasa itu ada.
Bapak ku adalah hero ku. ibu ku adalah... angel tak bersayap itu.
....
No comments:
Post a Comment