Tali pusat bermuara di plasenta dan berujung pada pusat (pusar) janin. Manfaat paling penting dari tali pusat adalah sebagai jembatan penghubung antara ibu dan janin. "Karena dari plasenta di rahim ibu, tersedia semua nutrisi, darah dan oksigen yang siap disalurkan lewat tali pusat ke janin. Termasuk faktor kekebalan atau imunologi dari ibu. Infeksi bakteri tertentu, juga parasit dan virus dapat pula ikut masuk ke janin melalui tali pusat," kata dr. Adi Wahyuono, Sp.OG., dari RS Metropolitan Medical Centre (MMC), Jakarta. Lebih lanjut dijelaskan Adi, tali pusat terbentuk sejak awal kehamilan. "Setelah embrio terbentuk, yaitu pada minggu ke-5, tali pusat sudah bisa terlihat melalui pemeriksaan USG, yang tampak sebagai benang tipis di antara embrio dan plasenta. Itulah yang menjadi cikal bakal tali pusat." Seiring janin berkembang, tali pusat bertambah panjang dan diameternya juga bertambah lebar karena ia memulai tugasnya menjadi "selang" oksigen dan makanan buat si janin. Tentang komposisinya, Adi mengatakan, tali pusat berisi pembuluh-pembuluh darah tapi dengan keistimewaan tertentu. "Pada keadaan normal, pembuluh darah arteri kita hanya satu dan venanya dua. Tapi pada tali pusat kebalikannya. Ini yang membuat pembuluh darah tali pusat spesifik dan istimewa karena fungsinya menyalurkan semua nutrisi dan oksigen kebutuhan janin." Karena fungsinya sebagai "selang penghantar" makanan dan oksigen inilah tali pusat menjadi vital bagi pertumbuhan dan perkembangan janin. Kelainan pada tali pusat, semisal terjadi hambatan, dapat mengganggu aliran makanan dan oksigen ke janin yang bisa mengakibatkan janin gagal berkembang bahkan berakhir dengan kematian. Simak uraian mengenai beberapa kelainan tali pusat berikut ini. RAGAM KELAINAN TALI PUSAT1. DI LUAR UKURAN NORMAL Umumnya, panjang tali pusat berkisar antara 55 hingga 60 cm. Kelainan ukuran biasanya ditandai jika panjangnya kurang dari 50 cm dan lebih dari 70 cm. Tali pusat terpendek yang pernah dilaporkan adalah sepanjang 2,5 cm. Sedangkan yang terpanjang pernah ditemui sekitar 300 cm. Tali pusat terlalu pendek atau terlalu panjang tidak berpengaruh terhadap pemberian makanan dan oksigen pada janin. Akan tetapi, tali pusat yang terlalu pendek atau terlalu panjang dan melilit dapat mempersulit proses persalinan. "Pada saat persalinan, janin yang sudah turun ke jalan lahir biasanya naik lagi karena tertahan tali pusat ini. Nah, tiap kali mau turun, tali pusatnya semakin kuat menahan dia. Ini biasanya terlihat selama proses persalinan, dengan tidak terjadinya kemajuan pada penurunan janin. Pada keadaan yang ekstrem dapat terjadi terlepasnya plasenta sebelum janin lahir," tutur Adi. 2. KELAINAN INSERSI Insersi adalah tempat masukan (muara) yang menempel ke plasenta. Normalnya, insersi tali pusat di plasenta terletak di tengah. Tetapi dalam keadaan tertentu terjadi insersi tali pusat yang letaknya di tepi plasenta (plasenta battledore) dan insersi tali pusat letaknya jauh di luar plasenta, yaitu di daerah membran (insersi velamentosa). Insersi yang terletak di tepi plasenta tidak berpengaruh buruk pada janin sebab pada umumnya dalam hal pemberian makanan dan oksigen ke janin tidak berpengaruh. Sementara insersi velamentosa bisa berbahaya bila terjadi vasa previa, jika ketuban pecah, dan pembuluh darah tersebut ikut pecah yang berarti pula terjadi perdarahan dari janin. Gejala klinis vasa previa adalah ketuban pecah diikuti perdarahan, dan terjadi gawat janin. Kematian janin pada pecahnya vasa previa mencapai 60-70%. "Kematian pada janin ini disebabkan perdarahan yang berasal dari janin dan keterlambatan mengetahui bahwa perdarahan berasal dari vasa previa. Umumnya bila pada pemeriksaan dijumpai adanya vasa previa, kehamilan diakhiri dengan bedah sesar sebelum terjadi pecahnya selaput ketuban," ungkap Adi. 3. KELAINAN DIAMETER Yang dimaksud diameter tali pusat adalah ukuran besar tali pusat. Menurut Adi, tak dapat dipastikan berapa sebenarnya ukuran normal karena pada setiap bayi berbeda-beda. Lagi pula lebar diameter ini tidak dapat dipatok dengan ukuran sentimeter, karena belum ada metode khusus untuk mengukur diameter tali pusat. Umumnya besar diameter sesuai dengan perkembangan bayi "Contoh, bila bayinya besar, tentu diameter tali pusatnya besar. Sedangkan bila janin kecil, dengan sendirinya diameter tali pusatnya sesuai ukuran tubuhnya. Yang menjadi problem, bila diameter tali pusatnya dianggap kekecilan untuk ukuran janin karena dapat berpengaruh pada penyaluran oksigen dan darah." Pada janin dengan perkembangan yang terhambat biasanya diameter tali pusatnya juga kecil. Metode khusus untuk mengetahui apakah aliran darah tali pusat cukup atau kurang adalah dengan cara pemeriksaan dopler aliran darah tali pusat. Bila aliran darah tali pusat terhambat, bisa menimbulkan gangguan perkembangan pada janin. 4. TERLILIT Lilitan tali pusat umumnya terjadi sebelum kehamilan cukup besar. Paling sering pada trimester kedua dimana bayi masih bisa bergerak dengan aktif dan leluasa. Bahkan terkadang melakukan gerakan ekstrem seperti bersalto. Bila tali pusatnya panjang, kemungkinan dapat terjadi lilitan tali pusat. Lilitan tali pusat ini bisa terjadi di leher, di bahu atau di lengan dan tidak selalu berakibat buruk. Namun jika lilitan tali pusat terjadi berkali-kali, sementara tali pusatnya tidak panjang, ini yang bisa berdampak buruk pada bayi. Sebab, kata Adi, saat bayi turun ke bawah, tali pusat bisa menahannya untuk turun. "Umumnya dokter langsung memutuskan untuk sesar." Adi juga memberi gambaran, lilitan tali pusat pada leher sangat riskan, apalagi bila terjadi lilitan beberapa kali. "Dapat diperkirakan bahwa makin masuk kepala janin ke dasar panggul, makin erat lilitan tali pusat dan makin terganggu aliran darah menuju dan dari janin." Meski lilitan tali pusat dapat diketahui lewat pemeriksaan USG, dokter dapat saja membiarkan sampai proses persalinan tiba. "Karena lilitan tali pusat tidak bisa dilepas. Yang dilakukan dokter adalah memantau dan memberitahu si ibu." Yang jelas, tandas Adi, lilitan tali pusat di leher sekalipun tak harus berujung pada sesar. "Tapi proses persalinan dipantau ketat. Dalam persalinan kala satu, observasi denyut jantung dengan alat kardiotokografi sangat penting dilakukan untuk mengetahui apakah terjadi gangguan pola denyut jantung janin." Bila pola denyut jantung terganggu, persalinan diakhiri dengan bedah sesar. Karena jika dipaksa lahir dengan normal, bisa berdampak buruk pada janin 5. BERBENJOL-BENJOL Lazimnya, tali pusat seperti selang yang licin dan mulus. Tapi adakalanya ditemui tali pusat yang berbenjol-benjol dengan banyak simpul atau sedikit terpuntir. Umumnya disebabkan gerakan janin yang begitu aktif sehingga terjadi simpulan yang berulang kali. Bila simpul-simpul ini masih membentuk rongga tak akan jadi masalah sebab pasokan oksigen dan nutrisi masih dapat diterima janin. Yang jadi masalah, bila simpul-simpul ini sedemikian eratnya sehingga menutup sama sekali pembuluh darah, maka dapat berdampak pada kematian janin dalam rahim. Untungnya, kata Adi, kejadian ini sangat jarang karena umumnya gerakan bayi yang berpindah terus justru bisa membuka simpul-simpul pada tali pusat. BERGUNA UNTUK TRANSFUSI TUKAR DARAHTali pusat dapat juga digunakan untuk transfusi tukar darah yang dilakukan di dalam rahim (intra-uterine blood exchange transfusion). "Transfusi tukar darah terjadi karena pada janin terjadi reaksi inkompabilitas, ketidaksesuaian rhesus yang berat," ujar Adi. Hal ini terjadi jika ayah bergolongan darah rhesus negatif dan ibu mempunyai darah rhesus negatif pula. "Transfusi tukar darah dilakukan agar janin dapat diselamatkan." Caranya, pembuluh darah di tali pusat ditusuk, lalu darahnya diambil sedikit demi sedikit sambil dimasukkan darah baru. Dengan demikian si janin akan mendapatkan rhesus darah yang sama sekali baru. Ini antara lain manfaat tali pusat. Santi Hartono. Taken from : milis nakita |
Friday, February 11, 2011
MENGENAL KELAINAN TALI PUSAT
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment