Friday, February 11, 2011

[ Kehamilan ] JaninTerlilit Placenta

Bismillah,,,


Kemarin lusa ada kabar duka dari salah seorang temen tentang anaknya yang meninggal dalam kandungan di usia hampir 9bulan karena terlilit placenta.
Endingnya 2 malam berturut-turut jadi kebawa mimpi dan terkaget-kaget terus.
Sebenarnya kenapa sih bayi bisa terlilit tali pusat, dan sebahaya itukah? beberapa hari ini saya ubek2 net dan sesekali bertanya pada ibu-ibu komplek  yang pernah hamil mereka pun mengatakan dengan jawaban mereka masing, ada yang menjawab terlilit tali pusat itu nggak bahaya yang bahaya itu kalau pas lahir dan enggak segera di lepas lilitannya, tapi selama dalam kandungan lilitan placenta ga begitu bahaya.

Another opinion, "dengan terlilit placenta atau kalung ari-ari kalau istilah orang jawa bilang, katanya anaknya jadi luwesan giman ngomongnya ya... pokoknya gitu deh " makin banyak opini makin bingung aja. sebenarnya masih tanda tanya besar kenapa bayi temanku itu bisa meninggal dalam kandungan, benarkah hanya karena terlilit placenta? ataukah ada penyebab lain, ah jadi cemas gimana gitu soalna akhir2 ini my baby gerakannya aktif banget nendang kanan nendang kiri, sampai-sampai nampak menonjol keluar tulangnya. Insya Allah baik-baik ya nak.........

Berikut artikel yang saya copas dari net :

Menurut Dr. Nining Haniyanti, SpOG sebenarnya lilitan tali pusat di leher tidak selalu membahayakan janin. Lilitan tali pusat di leher dijumpai pada sekitar 20% dari persalinan normal. Sedangkan lilitan tali pusat dua kali di leher, dijumpai pada 2,5% persalinan dan hanya 0,2% kejadian lilitan tali pusat tiga kali di leher.
Adanya lilitan tali pusat di leher dalam kehamilan menurutnya, pada umumnya tidak menimbulkan masalah. Namun dalam proses persalinan dimana mulai timbul kontraksi rahim (mules) dan kepala janin mulai turun dan memasuki rongga panggul, maka lilitan tali pusat menjadi semakin erat dan menyebabkan penekanan atau kompresi pada pembuluh-pembuluh darah tali pusat. “Akibatnya, suplai darah yang mengandung oksigen dan zat makanan ke bayi akan berkurang, yang mengakibatkan bayi menjadi sesak atau hipoksia,” lanjutnya.

Bayi bisa terlilit tali pusat, menurut dokter yang berpraktek di RSIA Hermina Depok ini, karena pada usia kehamilan sebelum 8 bulan umumnya bagian terbawah janin (kepala) belum masuk pada pintu atas panggul. Pada saat itu ukuran bayi relatif masih kecil dan jumlah air ketuban banyak. “Dalam keadaan demikian sangat memungkinkan bayi terlilit tali pusat. Apalagi jika tali pusat bayi cukup panjang. Pada kehamilan kembar dan air ketuban berlebihan atau polihidramnion kemungkinan bayi terlilit tali pusat semakin meningkat,” tambahnya.
Panjangnya tali pusat juga dapat menyebabkan bayi terlilit. Panjang tali pusat bayi rata-rata 50 sampai 60 cm. Namun menurut Nining, tiap bayi mempunyai panjang tali pusat berbeda-beda. Dikatakan panjang jika melebihi 100 cm dan dikatakan pendek jika panjangnya kurang dari 30 cm.
Tali pusat menjadi lebih panjang jika jumlah air ketuban pada kehamilan trimester pertama dan kedua relatif banyak, diserta dengan mobilitas bayi yang sering. Sebaliknya, jika air ketuban sedikit (oligohidromnion) dan janin kurang gerak (pada kelainan motorik janin), maka umumnya tali pusat lebih pendek. Namun, panjangnya tali pusat tidak dipengaruhi oleh berat bayi, usia kehamilan maupun letak plasenta.
Menurut Nining bahwa panjang pendeknya tali pusat tidak berpengaruh terhadap kesehatan bayi, selama sirkulasi darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tidak terhambat. Begitupula ibu yang biasa senam sewaktu hamil, tidak ada pengaruh secara langsung terhadap kemungkinan bayi terlilit tali pusat.


Mengapa Sampai Meninggal?

Kematian bayi pada trimester pertama atau kedua sering disebabkan karena puntiran tali pusat secara berulang-ulang ke satu arah. Ini mengakibatkan arus darah dari ibu ke janin melalui tali pusat tersumbat total. Karena dalam usia kehamilan tersebut umumnya bayi masih bergerak dengan bebas.
Kasus yang menimpa Ny. Novita menurut Nining, kemungkinan lilitan tali pusat bayinya terlalu erat apalagi jika dua atau tiga lilitan. Hal tersebut menyebabkan kompresi tali pusat sehingga janin mengalami kekurangan oksigen. Tandanya detak jantung janin menurun. Jika dalam proses persalinan kurang dilakukan pengawasan dokter dan observasi ketat, baik mengenai kesejahteraan janin dan detak jantungnya, maka janin dapat mengalami hipoksia berat yang berakibat kematian.

Maka. tambah Nining, dalam proses persalinan, dengan bertambahnya pembukaan mulut rahim serta kontraksi yang semakin sering dan kuat, maka detak jantung janin harus dimonitor lebih sering. Jika perlu dapat dilakukan pemeriksaan kardiotokografi-CTG, yaitu suatu bentuk rekaman detak jantung janin dan kontraksi rahim secara terus menerus.


Penanganan


Jika bayi terlilit tali pusat, maka harus segera diambil keputusan yang tepat untuk tetap melanjutkan proses persalinan yaitu dengan memberikan oksigen pada ibu dalam posisi miring. Namun, bila persalinan masih akan berlangsung lama dan detak jantung janin semakin lambat (bradikardia), persalinan harus segera diakhiri dengan tindakan operasi Cesar.


Sebenarnya bantuan USG menurut Nining, hanya dapat melihat adanya gambaran tali pusat di sekitar leher. Namun, tidak dapat dipastikan sepenuhnya bahwa tali pusat tersebut melilit leher janin atau tidak. Apalagi untuk menilai erat atau tidaknya lilitan. “Dapat saja tali pusat tersebut hanya berjalan di samping leher bayi. Namun, dengan USG berwarna (collor dopper) atau USG 3 dimensi, kita dapat lebih memastikan tali pusat tersebut melilit atau tidak di leher janin, serta menilai erat tidaknya lilitan tersebut,” tegasnya. 


Tanda-Tanda Bayi Terlilit Tali Pusat:


Menurut Dr. Nining Haniyanti, SpOG, ada beberapa hal yang menandai bayi terlilit tali pusat, yaitu:

• Pada bayi dengan usia kehamilan lebih dari 34 minggu, namun bagian terendah janin (kepala atau bokong) belum memasuki pintu atas panggul perlu dicurigai adanya lilitan tali pusat.
• Pada janin letak sungsang atau lintang yang menetap meskipun telah dilakukan usaha untuk memutar janin (Versi luar/knee chest position) perlu dicurigai pula adanya lilitan tali pusat.
• Dalam kehamilan dengan pemeriksaan USG khususnya color doppler dan USG 3 dimensi dapat dipastikan adanya lilitan tali pusat.
• Dalam proses persalinan pada bayi dengan lilitan tali pusat yang erat, umumnya dapat dijumpai dengan tanda penurunan detak jantung janin di bawah normal, terutama pada saat kontraksi rahim.

Dengan bantuan alat CTG (kardiotokografi) yang sering digunakan untuk memonitoring janin dalam persalinan, menunjukkan gambaran penurunan detak jantung janin yang terjadi bersamaan dengan timbulnya kontraksi rahim.

No comments: